Oleh : Bahtiar Parenrengi
BONETERKINI.COM--Suara sirine mobil pemadam kebakaran memecah kesunyian. Rasa kaget sebagian warga yang terlelap di Sabtu subuh itu tak terhindarkan. Sebagian warga secara tanggap mengikuti arah sirine. Sebagian warga lainnya mendongak ke atas mencari titik api.
Hanya menghitung menit, video dan foto informasi telah berseliweran di media sosial. "Bola Soba Terbakar." Itulah kabar yang mengejutkan. Subuh itu membara. Api mengamuk dengan cepat. Petugas pemadam kewalahan mengatasinya.
Subuh itu, ratusan warga bersama petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api. Bola Soba yang dibangun tahun 1895 oleh Raja Bone ke-31 La Pawawoi Karaeng Sigeri ini ludes terbakar. Tak satu pun barang/ koleksi bisa diselamatkan.
Saya masih sempat mengabadikan momen membara itu. Api melalap tiang dan dinding yang terbuat dari kayu itu. Bukti sejarah, yang diukir oleh Raja Bone ke-31 La Pawawoi Karaeng Sigeri, yang memerintah di Kerajaan Bone (1895-1905) itu tinggal kenangan.
Saya dan ratusan warga lainnya merasa miris. Kami hanya bisa menatap puing Bola Soba serta teras rumah yang tersisa. Satu persatu pejabat pemerintah Kabupaten Bone berdatangan. Nampak Bupati dan Wakil Bupati Bone berdiri disebuah sisi lokasi bangunan. Kesedihan nampak terpancar di wajahnya.
Bupati Bone Dr.H.A.Fahsar M.Padjalangi, M.Si. mendekati area kebakaran. Bahkan dengan penuh hati-hati berada dibawah rumah sambil mendongak menatap keatas.
Kita kehilangan bukti sejarah. Mungkin itulah yang ada dalam pikirannya. Sebuah karya "manusia Bugis" yang terikat dengan adat. Disetiap lekuk rumah memiliki simbol atau makna.
Begitulah garis takdir. Disaat kita terlelap, api melalap Bola Soba. Dan rumah adat yang berlokasi di Jalan Latenritatta tinggal jadi cerita. Sebuah cerita yang memilukan, Sabtu 20 Maret 2021.
Babak baru pun akan kita ukir. Tak ada alternatif lain, selain membangun yang baru. Andi Fahsar pun mengambil kebijakan untuk membangun kembali dengan lokasi yang cukup strategis di Watang Palakka.
Andi Fahsar berharap agar direkonstruksi kembali dengan tidak jauh beda aslinya, karena ini aset budaya milik rakyat Bone yang harus dilestarikan.
” di balik musibah ini tentu ada hikmahnya, mari kita sama-sama memikirkan untuk bangun kembali seperti sediakala”.
Rumah yang menjadi kebanggaan orang Bone tersebut Akhirnya disepakati dibangun ditempat lain. Pemerintah Kabupaten Bone telah membebaskan lokasi sekitar 4 hektar. Lokasi ini tentu bukan hanya Bola Soba yang akan dibangun. Tetapi berbagai fasilitas tempat wisata serta Bola Subbi juga akan melengkapi areal tersebut.
Dinamika tentu saja terjadi. Dan itu sebuah kewajaran disetiap langkah pembangunan. Protes adalah hal yang wajar dan baik. Apalagi untuk kebaikan bersama. Pembangunan areal wisata itu, termasuk pembangunan Bola Soba tak boleh mandek. Harus ada alternatif lain yang menjadi solusi ketika bahan kayunya sulit diperoleh. Tentunya kita berharap agar
Bola Soba bisa terbangun secepatnya sehingga lokasi itu menjadi pusat kajian budaya dan adat Bugis di Sulawesi Selatan.
Mari wujudkan. "Tahu saja tidak cukup, kita harus bertindak. Ingin saja tidak cukup, kita harus bergerak." (Johann Wolfgang von Goethe).
"Iyyapa nari isseng lamunna salo’e na loanna, rekko purai ri atengngai"
(Luas dan kedalaman sebuah sungai dapat diketahui ketika telah menyeberanginya).
Terbakarnya Bola Soba akan menjadi penyemangat bagi kita semua. Penyemangat untuk bersatu. Bersatu akan membuat kita kuat. Seperti api yang berkobar. Api sebagai simbol semangat yang kuat untuk Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mampu menerangi sekitarnya.(*)