Hal ini terjadi bukan karena evaluasi kinerja, melainkan akibat data mereka hilang dari aplikasi Manas Kemendes, diduga akibat peretasan.
Peristiwa ini memengaruhi 7 Pendamping Desa (PD) dan 3 Pendamping Lokal Desa (PLD) yang sebelumnya telah mengabdi dalam program P3MD Kemendes sejak 2015.
Salah satu pendamping, Andi Rahmat dari Kecamatan Patimpeng, mengungkapkan kekecewaannya. Ia menyatakan telah mengunggah data perpanjangan kontrak pada Desember 2024, namun data tersebut tiba-tiba hilang sebelum SK diterbitkan.
"Kami sudah klarifikasi melalui Korkab dan Korprov TPP Sulsel sebelum SK terbit, tapi tetap saja nama kami tidak ada dalam daftar SK tersebut," katanya, Sabtu (18/1/2025).
Jumiati, seorang PLD Kecamatan Palakka, juga menyuarakan keluhan serupa. Ia menegaskan bahwa masalah ini murni kesalahan sistem, mengingat kinerjanya selalu mendapat penilaian terbaik tanpa pernah mendapat teguran.
"Kami berharap Menteri Desa dapat mengoreksi keputusan ini dan mengembalikan nama kami dalam SK perpanjangan kontrak," ujarnya dengan nada sedih, Minggu (19/1/2025).
Pendamping lainnya, Gusty, meminta agar Menteri Desa dan Kornas TPP Kemendes segera menyelesaikan masalah ini sebelum batas waktu perbaikan data pada 23 Januari.
"Kami sudah mengabdi sejak awal program P3MD, semoga pengabdian kami dapat menjadi bahan pertimbangan," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bone, Andi Gunadil Ukra, mengaku baru mengetahui permasalahan ini. "Kami akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi," jelasnya.
Hingga kini, para pendamping desa di Bone masih menunggu respons dari Kemendes, berharap pengabdian mereka dapat diakui kembali dalam program tersebut.
